BUTA PETA BUTA

PETA DUNIA

Mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang tidak disukai kebanyakan siswa setelah Matematika. Hal ini terbukti dari nilai mata pelajaaran IPS yang rendah dan hampir menyeluruh. Selain itu ditanya tentang mata pelajaran yang tidak disukai oleh siswa kebanyakan mereka menjawab Matematika dan IPS. Dari beberapa generasi siswa yang telah lulus hampir mereka menjawab pertanyaan tentang mata pelajaran yang tidak disukai, jawaban mereka sama.
Mata pelajaran IPS di SD khususnya kelas 6, terdiri dari IPS Sejarah, Ekonomi, dan Geografi. Mungkin ini merupakan salah satu penyebab kesukaran siswa dalam memahami dan menguasai materi pelajaran IPS meskipun pada mata pelajaran IPS yang diajarkan di SD tidak dibagi dalam tiga bagian seperti di sekolah lanjutan.
Salah satu materi yang dirasa sulit oleh siswa adalah pada Geografi tentang peta dunia. Pada materi ini siswa merasa kesulitan menentukan nama-nama kota, sungai, laut, danau, gunung, atau kenampakan lain yang ada di Indonesia maupun dunia. Siswa kesulitan untuk menentukan (misalnya) sungai terpanjang di negara tertentu, ibukota negara tertentu, julukan bagi negara tertentu, dan sebagainya.
Ada banyak faktor mengapa hal ini bisa terjadi. Faktor siswa, lingkungan, keadaan keluarga, kwalitas guru, media, alat peraga, sarana dan prasarana, kebijakan, kurikulum dan sebagainya. Kesemuanya tidak perlu saling menyalahkan dan menganggap benar sendiri tanpa koreksi dan instrospeksi.
Media belajar merupakan sesuatu yang mutlak diperlukan dalam pembelajaran agar mudah dipahami siswa. Sebagai mediator bagi siswa untuk meraih prestasi, seorang guru harus mengoptimalkan penggunaan media belajar agar dapat berhasil dan bermanfaat bagi siswanya.
Salah satu media belajar yang biasa digunakan adalah peta dunia. Peta dunia seringkali digunakan untuk menemutunjukkan lokasi atau tempat-tempat tertentu. Peta dunia dapat berupa peta dua dimensi dalam bentuk lemabaran kertas, atlas, tampilan slide projector, atau yang lebih bernuansa IT adalah google map dan google earth. Dari kesemua media tersebut yang telah admin terapkan di SDN Gunungrejo 05 salah satunya adalah peta dari kertas biasa tapi dibuat sendiri oleh siswa dengan bimbingan guru.
Pete dunia atau peta benua, Indonesia, ataupun dalam lingkup lebih kecil lagi adalah peta propinsi pada awal pembuatannya sangatlah sulit bagi siswa. Kemampuan siswa yang diharuskan ada dalam pembuatan peta dua dimensi adalah :
1.      Siswa harus teliti, sabar dan trampil menggunakan penggaris dan alat tulis dalam membuat garis-garis melintang dan membujur dengan ukuran yang sama dan berulang.
2.      Siswa harus sangat paham dan menguasai dalam menentukan letak koordinat.
Dua faktor itu cukup menjadi modal bagi siswa dalam membuat peta, tentunya dengan bimbingan guru. Dengan membuat peta, seorang siswa bisa menempatkan gambar/tanda dengan tepat. Siswa dapat menempatkan simbol gunung tertentu pada tempat yang tepat. Siswa dapat menggambar simbol ibukota suatu negara. Siswa dapat menuliskan nama laut, nama selat, nama pulau, nama danau dan sebagainya. Dengan demikian mereka mudah untuk mengingatnya. Hal ini sudah terbukti meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi Geografi pada mapel IPS.
Namun media seperti itu pada jaman kiwarih sangatlah langja dan mungkin bisa dikatakan tidak ada. Kenyataan ini dapat dilihat dari sekolah-sekolah yang ada di sekitar kita. Hampir tidak ada peta provinsi, peta Indonesia, atau peta benua apalagi peta dunia, yang merupakan hasil karya siswa.
Siapa yang tidak bisa?
Siswanya kah atau gurunya kah?
Kurikulumnya kah?
Yang pasti bukan salah bunda mengandung....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar