Pengertian
Pendidikan Islam Kata pendidikan telah didefinisikan secara berbeda-beda oleh
berbagai fakar, yang banyak dipengaruhi pandangan dunia masing-masing. Tetapi,
pada dasarnya semua pandangan yang berbeda itu bertemu dalam suatu kesimpulan
awal, bahwa pendidikan merupakan suatu proses penyiapan generasi muda untuk
menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih baik.
Pendidikan lebih dari pada sekedar pengajaran. Kalau pengajaran dapat dikatakan
sebagai suatu proses transfer ilmu belaka, namun pendidikan merupakan
transpormasi nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang
dicakupnya. Dengan demikian, pengajaran lebih berorientasi pada pembentukan
“Tukang-tukang” atau para spesialis yang lebih bersifat tekhnis. Perbedaan pendidikan dengan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan terhadappembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik disamping transfer ilmu dan keahlian. Mengambil makna dari pandangan tersebut artinya pendidikan secara umum memuat sebuah usaha dan cara-cara yang dipersiapkan oleh pelaku pendidikan (Guru Pendidik) dengan persiapan yang matang dan penekanan-penekanan menuju ke arah proses transformasi nilai dan pembentukan kepribadian yang sesungguhnya tidak mudah dilaksanakan. Jika kemudian dihubungkan dengan Islam sebagai sistem keagamaan kata pendidikan menimbulkan pengertian-pengertian baru dengan penekanan dan karakteristik yang berbeda-beda sesuai dengan cara pandang yang digunakan oleh para ahli. Pendidikan Islam dipandang sebagai sebuah usaha dan cara kerja, paling sedikit memiliki tiga karakter, Seperti yang ditulis Ayzumardi yaitu Pertama, bahwa pendidikan Islam memiliki karakter penekanan pada pencarian ilmu pengetahuan, penguasaan dan penguasaan atas dasar ibadah kepada Allah SWT; kedua, pendidikan Islam merupakan sebuah pengakuan akan potensi dan kemampuan seseorang untuk berkembang dalam suatu kepribadia; ketiga, pendidikan Islam merupakan sebuah pengalaman ilmu atas dasar tanggung jawab kepada Tuhan yang Maha Esa. Sementara Zakiyah Daradjat mendefinisikan, bahwa pendidikan Islam merupakan usaha dan kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka menyampaikan seruan agama dengan berdakwah, menyampaikan ajaran, memberi contoh, melatih keterampilan berbuat, memberi motivasi dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan ide pembentukan pribadi muslim. Sejalan dengan pandangan Darajat, Ahmad D. Marimba memberikan titik fokus usaha pendidikan islam, yaitu terletak pada bimbingan jasmani dan rohani menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran islam. Dari sini jelas bahwa sanya pendidikan Islam sebagai sebuah usaha manusia biasa yang menempati posisi mulia sebagai tugas kemanusiaan dan kehambaan, karena terjalin dalam rangka hubungan antara manusia sekaligus bernilai ibadah kepada tuhan. Umat Islam sendiri mengakui, sesungguhnya kegiatan pendidikan merupakan sebuah sarana melaksanakan kegiatan menurut ilmu (uthlub al-ilm). Untuk itulah ajaran islam dijadikan sumber filosofi teratas, sebagaimana dikutip dari al-syaibani : “siapa saja yang meneliti agama Islam dengan berbagai sumber Islam dan sunah, qiyas syar’i, ijma’ yang diakui, ijtihad dan tafsir yang benar yang dibuat oleh ulama-ulama kita yang soleh sepanjang zaman akan terdapat pada setiap hal itu akan terbentuk pikiran yang menyeluruh dan terpadu tentang alam jagad, manusia, masyarakat dan bangsa, pengetahuan manusia dan akhlak…..selain itu orang yang mengkaji islam pada berbagai subernya….. akan keluar dengan pikiran-pikiran universal dan terpadu tentang filsafat wujud, filsafat pengetahuan, dan filsafah nilai. Inilah yang diperlukan pendidik dalam membina pendidikan yang sebaik-baiknya.”Menurut Syaibany ini mengingatkan kita, bahwa pada pengertian global ajaran islam telah memberikan konsep dasar filosofis, berkaitan dengan unsur pendidikan secara umum (tataran paidagogis). Kemudian dari konsep dasar itu itulah para ahli atau pemikiran mengembangkannya dari ide-ide dan tekhnis spesipik terkait dengan cara-cara mendidik, starategi belajar – mengajar, dan sebagainya dengan lebih prosedural berdasarkan tatanan didaktik-metodik. Satu dari sekian luas kajian dalam ruang lingkup pendidikan islam adalah aspek metodeloginya. Dalam metodelogi pendidikan antaralain membahs tentang metode (cara), usaha, pendekatan, tekhnik, dan starategi yang dapat digunakan untuk mencapai semua tujuan-tujuan yang ingin diraih dalam kegiatan pendidikan Islam.
“Tukang-tukang” atau para spesialis yang lebih bersifat tekhnis. Perbedaan pendidikan dengan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan terhadappembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik disamping transfer ilmu dan keahlian. Mengambil makna dari pandangan tersebut artinya pendidikan secara umum memuat sebuah usaha dan cara-cara yang dipersiapkan oleh pelaku pendidikan (Guru Pendidik) dengan persiapan yang matang dan penekanan-penekanan menuju ke arah proses transformasi nilai dan pembentukan kepribadian yang sesungguhnya tidak mudah dilaksanakan. Jika kemudian dihubungkan dengan Islam sebagai sistem keagamaan kata pendidikan menimbulkan pengertian-pengertian baru dengan penekanan dan karakteristik yang berbeda-beda sesuai dengan cara pandang yang digunakan oleh para ahli. Pendidikan Islam dipandang sebagai sebuah usaha dan cara kerja, paling sedikit memiliki tiga karakter, Seperti yang ditulis Ayzumardi yaitu Pertama, bahwa pendidikan Islam memiliki karakter penekanan pada pencarian ilmu pengetahuan, penguasaan dan penguasaan atas dasar ibadah kepada Allah SWT; kedua, pendidikan Islam merupakan sebuah pengakuan akan potensi dan kemampuan seseorang untuk berkembang dalam suatu kepribadia; ketiga, pendidikan Islam merupakan sebuah pengalaman ilmu atas dasar tanggung jawab kepada Tuhan yang Maha Esa. Sementara Zakiyah Daradjat mendefinisikan, bahwa pendidikan Islam merupakan usaha dan kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka menyampaikan seruan agama dengan berdakwah, menyampaikan ajaran, memberi contoh, melatih keterampilan berbuat, memberi motivasi dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan ide pembentukan pribadi muslim. Sejalan dengan pandangan Darajat, Ahmad D. Marimba memberikan titik fokus usaha pendidikan islam, yaitu terletak pada bimbingan jasmani dan rohani menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran islam. Dari sini jelas bahwa sanya pendidikan Islam sebagai sebuah usaha manusia biasa yang menempati posisi mulia sebagai tugas kemanusiaan dan kehambaan, karena terjalin dalam rangka hubungan antara manusia sekaligus bernilai ibadah kepada tuhan. Umat Islam sendiri mengakui, sesungguhnya kegiatan pendidikan merupakan sebuah sarana melaksanakan kegiatan menurut ilmu (uthlub al-ilm). Untuk itulah ajaran islam dijadikan sumber filosofi teratas, sebagaimana dikutip dari al-syaibani : “siapa saja yang meneliti agama Islam dengan berbagai sumber Islam dan sunah, qiyas syar’i, ijma’ yang diakui, ijtihad dan tafsir yang benar yang dibuat oleh ulama-ulama kita yang soleh sepanjang zaman akan terdapat pada setiap hal itu akan terbentuk pikiran yang menyeluruh dan terpadu tentang alam jagad, manusia, masyarakat dan bangsa, pengetahuan manusia dan akhlak…..selain itu orang yang mengkaji islam pada berbagai subernya….. akan keluar dengan pikiran-pikiran universal dan terpadu tentang filsafat wujud, filsafat pengetahuan, dan filsafah nilai. Inilah yang diperlukan pendidik dalam membina pendidikan yang sebaik-baiknya.”Menurut Syaibany ini mengingatkan kita, bahwa pada pengertian global ajaran islam telah memberikan konsep dasar filosofis, berkaitan dengan unsur pendidikan secara umum (tataran paidagogis). Kemudian dari konsep dasar itu itulah para ahli atau pemikiran mengembangkannya dari ide-ide dan tekhnis spesipik terkait dengan cara-cara mendidik, starategi belajar – mengajar, dan sebagainya dengan lebih prosedural berdasarkan tatanan didaktik-metodik. Satu dari sekian luas kajian dalam ruang lingkup pendidikan islam adalah aspek metodeloginya. Dalam metodelogi pendidikan antaralain membahs tentang metode (cara), usaha, pendekatan, tekhnik, dan starategi yang dapat digunakan untuk mencapai semua tujuan-tujuan yang ingin diraih dalam kegiatan pendidikan Islam.
B. Metode dalam Pendidikan Islam Metode dalam
pendidikan islam (Umum dan Agama Islam) mempunyai peranan penting dalam
mewujudkan tujuan-tujuan yang diciptakan bersama. Karena itu metode menjadi
sebuah sarana yang bermakna dalam menyajikan pelajaran, sehingga dapat membantu
siswa memahami bahan-bahan pelajaran untuk mereka. Arifin Muzayin mengingatkan,
bahwa tanpa metode suatu materi pelajaran tidak akan dapat memproses secara
efisien dan efektik dalam pendidikan. Ada tiga pendekatan dalam kajian
pendidikan yaitu pendekatan historis, filosofis, dan sosiologis. Pendekatan
historis adalah pendekatan keilmuan dengan sejarah. Pendidikan ini di
komparasikan dengan fakta yang terjadi dan berkembang dalam waktu dan
tempat-tempat tertentu un tuk mengetahui persamaan dan perbedaan dalam suatu
permasalahan pendekatan filosofis adalah pendekatan yang berhubungan dengan
kehidupan sosial ketiga pendekatan ini sangat berguna untuk
mempelajari data yang relevan dengan permasalahan pendidikan. Ada beberapa
metode dalam melaksanakan pendidikan islam, setidaknya ada 15 metode, yaitu :
ceramah, tanya jawab, mengambil pelajaran, mengkongkritkan masalah, penugasan,
peragaan, diskusi, mmemberi perumpamaan, kunjungan ilmiah, korespondensi,
hafalan, memberi pemahaman, memberikan pengalaman, mempermudah, dan
mengembirakan. Arifin Muzain, membagi metode-metode pendidikan Islam menjadi 16
macam, yaitu : berfikir, induktif deduktif, praktik, jihad, situasional,
kelompok, intruksional, cerita, bimbingan, dan penyuluhan, pemberian contoh dan
teladan, diskusi, soal-jawab, imstal, khitbah, targhib dan tarhieb, dan
acquistion selaf education, serta taubat dan ampunan. Dari dua
teori diatas tampaknya metode-metode pendidikan islam cukup banyak, namun dalam
keragaman metode tersebut antara yang satu dengan yang lainnya memiliki
kesamaan. Jika dikombinasikan berdasarkan dua teori diatas, maka metode-metode
pendidikan Islam dan dibagi kedalam 11 macam, sesuai dengan metode-metode
tersebut adalah : Metode ceramah adalah cara penyampaian materi pendidikan
melalui komunikasi satu arah yaitu dari pendidik kepada peserta didik (one way
traffic comunication). Metode ini agak identik dengan tausiyah (memberi
nasihat), dan khutbah. Metode soal jawab adalah dengan cara, satu pihak
memberikan pertanyaan sementara piahak lainnya memberikan jawaban. Dalam
pengajaran, guru dan atau peserta didik dapat memberikan pertanyaan ataupun
jawaban. Metode I’tibar adalah pendidikan yang dilakukan dengan cara mengambil
pelajaran, hikmah, dan pengartian dari sebuah peristiwa dan atau kisah yang
terjadi. Biasanya metode ini terkait dengan penyampaian metode Cerita atau
Ceramah. Metode Resitasi adalah metode pendidikan dengan pemberian tugas.
Biasanya metode ini terdiri dari tugas individu dan kerja kelompok. Metode ini
dimaksudkan agar proses mengetahui dan memahami ilmu pengetahuan lebih efektif.
Metode diskusi adalah pendidikan yang dilakukan dengan cara bertukar pikiran,
pendapat dengan menetapkan pengertian dan sikap terhadap suatu masalah. Dengan
metode ini peserta didik akan mencapai titik kebenaran. Metode tamsiliyah
adalah cara memberikan perumpamaan kepada yang lebih faktual. Pendidikan dengan
metode ini dapat memberikan pelajaran-pelajaran berharga dari
perumpamaan-perumpamaan kepada peserta didik. Metode mukatabah adalah
pendidikan dengan cara korespondensi atau membuat surat-menyurat dalam berbagai
tema (bahan pelajaran). Dengan metode ini hasil pengajaran yang disampaikan
oleh pendidik akan lebih berkesan dan terkumpul dalam tulisan. Metode tafhim
adalah pendidikan dengan cara memahami apa-apa yang telah diperoleh dari
belajar sendiri atau dengan guru
pendidik. Dengan metode ini peserta didik dituntut untuk lebih aktif
mendapatkan makna secara mendalam terhadap bahan yang diterimanya. Metode
cerita adalah pendidikan dengan membacakan sebuah cerita yang mengandung
pelajaran baik. Dengan metode ini peserta didik dapat menyimak kisah-kisah yang
diceritakan oleh guru, kemudian mengambil pelajaran dari cerita tersebut.
Metode pemberitahuan contoh dan tauladan adalah pendidikan yang dilakukan
dengan cara memberikan contoh-contoh yang baik (uswahtun al-hasanah) berupa
prilaku nyata, khususnya ibadah dan akhlak. Contoh tauladan ini merupakan
pendidikan yang mengandung nilai paradadogis tinggi bagi peserta didik. Metode
aquistion atau self education adalah metode pendidikan diri sendiri. Pendidikan
dengan metode Self Education dilakukan dengan memberikan dorongan agar peserta
didik dapat belajar dan membina diri mereka sendiri, setelah itu barulah dapat
membina orang lainnya. Berdasarkan dari penjelasan diatas jelaslah bahwa
pentingnya metode dalam pendidikan. Karena dalam melakukan kegiatan belajar
mengajar seorang guru menjalankan metode pembelajaran yang beraneka ragam akan
membuat sarana kelas menjadi baik dan kelangsungan pembelajaran menjadi nyaman.
Khususnya dalam pendidikan Islam C. Pendekatan Dalam Pendidikan Islam Pendekatan
berarti proses, perbuatan, dan cara mendekati. Dari
pengertian ini pendekatan pendidikan' dapat diartikan sebagai suatu proses,
perbuatan, dan cara mendekati dan mempermudah pelaksanaan pendidikan. Jika
dalam kegiatan pendidikan, metode berfungsi sebagai cara mendidik, maka
pendekatatan berfungsi sebagai alat bantu agar penggunaan metode tersebut
mengalami kemudahan dan keberhasilan. Selain metode-metode memiliki peranan
penting dalam kegiatan pendidikan Islam, pendekatan-pendekatan juga menempati
posisi yang berarti pula untuk memantapkan penggunaan metode-metode tersebut
dalam proses pendidikan, terutama proses belajar mengajar. Pendekatan
pendidikan Islam yang seharusnya dipahami dan dikembangkan oleh para pendidik
adalah meliputi: 1. Pendekatan
Psikologis. Yang tekanannya diutamakan pada dorongan-dorongan yang bersifat
persuasif dan motivatif, yaitu suatu dorongan yang mampu menggerakan daya
kognitif (mencipta hal-hal baru), konatif (daya untuk berkemauan keras), dan
afektif (kemampuan yang menggerakkan daya emosional). Ketiga daya psikis
tersebut dikembangkan dalam ruang lingkup penghayatan dan pengamalan ajaran
agama di mana faktor-faktor pembentukan kepribadian yang berproses melalui
individualisasi dan sosialisasi bagi hidup dan kehidupannya menjadi titik
sentral perkembangannya. 2.
Pendekatan sosial-kultural: yang ditekankan pada usaha pengembangan
sikap pribadi dan sosial sesuai dengan tuntutan masyarakat, yang berorientasi
kepada kebutuhan hidup yang semakin maju dalam berbudaya dan berperadaban. Hal
ini banyak menyentuh permasalahan-permasalahan inovasi ke arah sikap hidup yang
alloplastis (bersifat membentuk lingkungan sesuai dengan ide kebudayaan modern
yang dimilikinya), bukannya bersifat auto plastis (hanya sekedar menyesuaikan
diri dengan lingkungan yang ada) 3.
Pendekatan Religik. Yakni suatu pendekatan yang membawa keyakinan
(aqidah) dan keimanan dalam pribadi anak didik yang cenderung ke arah
komprehensif intensif dan ekstensif (mendalam dan meluas). Pandangan yang
demikian, terpancar dari sikap bahwa segala, ilmu pengetahuan itu pada
hakikatnya adalah mengandung nilai-nilai ke-Tuhanan. Sikap yang demikian harus
di internalisasikan (dibentuk dalam pribadi) dan di eksternalisasikan (dibentuk
dalam kehidupan di luar diri pribadinya. 4.
Pendekatan historis, yang ditekankan pada usaha pengembangan
pengetahuan, sikap dan nilai keagamaan melalui proses kesejarahan. Dalam
hubungan ini penyajian serta faktor waktu secara kronologis menjadi titik tolak
yang dipertimbangkan dan demikian pula faktor keteladanan merupakan proses
identifikasi dalam rangka mendorong penghayatan dan pengamalan agama. 5. Pendekatan komparatif. Yaitu pendekatan yang
dilakukan dengan membandingkan suatu gejala sosial keagamaan dengan hukum agama
yang ditetapkan selaras dengan siatuasi dan zamannya. Pendekatan komparatif ini
sering diwujudkan dalam bentuk komparatif
studi, baik di bidang hukum agama maupun j uga antara hukum agama itu
sendiri dengan hukum lain yang berjalan, seperti hukum adat, hukum
pidana/perdata, dan lain-lain. 6.
Pendekatan filosofis. Yaitu pendekatan yang berdasarkan tinjauan atau
pandangan falsafah. Pendekatan demikian cenderung kepada usaha mencapai
kebenaran dengan memakai akal atau rasio. Pendekatan filosofis sering
dipergunakan sekaligus dengan pola berpikir yang rasional dan membandingkan
dengan pendapat-pendapat para ahli filsafat dari berbagai kurun zaman tertentu
beserta aliran filsafatnya. Pendekatan dalam pendidikan Islam merupakan suatu
cara untuk mempermudah dalam kelangsungan belajar mengajar. Sehingga tercapai
tujuan pendidikan yang diharapkan dan lebih bisa menunjukkan keberhasilan
pendidikan anak didik yang berdasarkan Skill yang dimilikinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar