EKSPERIMEN DAN PRESTASI BELAJAR IPA


PENDAHULUAN
Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebeh efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut. Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor diantaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Dalam mencapai Tujuan Pembelajaran Khusus pada mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar masih banyak mengalami kesulitan. Oleh sebab itu penggunaan metode pembelajaran dirasa sangat penting untuk membantu siswa dalam memahami konsep-konsep IPA. Penggunaan metode eksperimen  diharapkan dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar sehingga dalam proses belajar mengajar itu aktivitasnya tidak hanya didominasi oleh guru, dengan demikian siswa akan terlibat secara fisik, emosional dan intelektual yang pada gilirannya diharapkan konsep perubahan benda yang diajarkan oleh guru dapat dipahami oleh siswa. Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut : “Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar IPA dengan diterapkannya metode eksperimen?”
Dengan ditentukannya rumusan masalah tersebut meka perlu diadakan tindak lanjut berupa Penelitian Tindakan Kelas yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya metode eksperimen dan pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan metode eksperimen. Diharapkan Penelitian tersebut dapat bermanfaat bagi siswa, guru, lembaga pendidikan  dan dunia pendidkan pada umumnya.

LANDASAN TEORETIS
IPA didefiniksan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara alam. Proses belajar mengajar IPA meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu proses belajar mengajar IPA. Proses belajar mengajar IPA meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran IPA. Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapat diartikan bahwa prestasi belajar IPA adalah nilai yang diperoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses belajar mengajar IPA. Karena kemajuan teknologi dan ilmu pengertahuan, maka segala sesuatu memerlukan eksperimentasi. Begitu juga dalam cara mengajar guru di kelas digunakan teknik eksperimen. Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mamapu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri.

PELAKSANAAN PENELITIAN

 Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Penelitian dilaksanakan di kelas III SD, sesuai jadawal pelajaran yang sudah dibuat pihak sekolah, dan sebagai subyeknya adalah siswa kelas III tersebut. Pelaksanaannya dapat digambarkan dalam alur sebagai berikut :

 

 
Gambar alur PTK
 Sedangkan instrumen yang dibutuhkan adalah, silabus, program tahunan dan semester, RPP, LKS, tes formatif dan lembar pengamatan. Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi pengolahan belajar dengan metode eksperimen, observasi aktivitas siswa dan guru, dan tes formatif.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil sebuah penelitian yang telah dilaksanakan dapat dideskripsikan sebagai berikut. Pada siklus I, dengan menerapkan metode eksperimen diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 70,29 dan ketuntasan belajar mencapai 70,59% atau ada 24 siswa  dari 23 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 70,59% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan metode eksperimen.
Pada siklus II, nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 74,78 dan ketuntasan belajar mencapai 78,26% atau ada 18 siswa dari 23 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan dinginkan guru dengan menerapkan metode eksperimen.
Pada siklus ke III, diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 82,60 dan dari 23 siswa yang telah tuntas sebanyak 20 siswa dan 3 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 86,95% (termasuk kategori tuntas).  Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaeruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan belajar dengan metode eksperimen sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan. 
Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut:
a)     Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.
b)     Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung.
c)      Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
d)     Hasil belajar siswsa pada siklus III mencapai ketuntasan.
Dari uraian di atas dapat ditunjukkan bahwa metode eksperimen memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.


Oleh Dwi Joko Maryono