Guru, digugu dan ditiru, begitu kata
pepatah lama. Profesi guru berada di posisi terdepan dalam mendidik generasi
masa depan bangsa, bagaimana kompetensi dan karakter masyarakat di masa depan
merupakan hasil dari bagaimana seorang guru mendidik di masa sekarang. Guru
kencing berdiri murid kencing berlari, pepatah tersebut menggambarkan bahwa
bagaimana karakter seorang guru akan sangat berpengaruh kepada karakter
muridnya .
Di balik tumpukan draft kurikulum yang
terus berganti, sarana sekolah yang mayoritas belum memadai, dan kesejahteraan
yang belum merata, sosok guru menjadi peran sentral kemajuan pendidikan di
negeri ini. Tidak hanya berdiri setiap hari di depan peserta didik memberikan
pengajaran atau menyelesaikan berbagai tuntutan administrasi yang tidak
sedikit, seorang guru juga dituntut menjadi teladan kehidupan bagi murid.
Apakah kita telah menjadi guru yang benar-benar menjalankan amanah tersebut
dengan baik?
Berdasarkan standar nasional pendidikan
sosok guru dituntut memiliki kompetensi sosial, profesional, pedagogik, dan
kepribadian. Sudah banyak berbagai uraian panjang tentang kompetensi-kompetensi
tersebut, berbagai pelatihan dan kebijakan pun diadakan untuk meningkatkan
kompetensi-kompetensi tersebut, namun masalah kompetensi guru masih dianggap
sebagai pekerjaan rumah sistem pendidikan Indonesia yang tak kunjung
terselesaikan.
Di samping kompetensi-kompetensi tersebut,
sebenarnya ada satu hal cukup sederhana dan sarat makna namun sering kali
terlupa oleh kita, yaitu sebagai seorang guru apakah kita telah menjadi guru
yang dirindukan oleh anak didik kita? Apakah kehadiran kita di kelas
benar-benar menjadi hal yang ditunggu, atau hadir tidak hadirnya kita dianggap
suatu hal yang biasa saja, atau bahkan ketidakhadiran kita justru disyukuri
oleh anak didik? Pernahkah kita merenungkan hal tersebut?
Sudahkah kita menjadi sosok yang setiap
hari dinanti oleh anak didik di kelas dan menjadi sumber semangat bagi mereka
dalam belajar? Atau jangan-jangan selama ini kita sebagai guru hanya menjadi
sosok yang menambah keengganan anak didik belajar di kelas atau pertemuan
dengan kita justru hal yang menyebabkan mereka membolos dari sekolah. Sudah
sejauh apakah kita introspeksi diri terkait hal ini?
Dari berbagai kompetensi yang diwajibkan
dimiliki oleh seorang guru, kenyamanan siswa belajar dengan kita adalah salah
satu hal yang juga penting kita bangun. Guru bukanlah seorang diktator
yang mengajar dengan aturan bahwa dirinya pasti benar kemudian mengabaikan
bagaimana seorang murid bisa nyaman belajar, dan terus menjejali berbagai
materi dengan cara yang monoton apalagi tidak bermakna sehingga siswa lambat
laun justru kehilangan selera belajarnya.
Indikator kenyamanan belajar tersebut bisa
terukur dari sejauh apa respons anak didik kepada kita. Disapa ketika bertemu,
ditanya ketika hari kemarin kita tidak masuk, ditarik untuk masuk kelasnya jika
kelasnya kosong tak ada yang mengajar dan ditawarkan untuk dibawakan buku kita
ketika mau masuk kelas, bahkan sampai memberikan kejutan dan kado ketika kita
ulang tahun bisa jadi ukuran bahwa kehadiran kita dirindu oleh anak didik.
Ketika mendapat kesan guru yang dirindukan
tentu akan berdampak positif terhadap semangat dan motivasi mengajar serta
mendidik, perasaan terharu karena sebegitu perhatian anak didik kepada
kehadiran kita akan menjadi penyemangat ketika rasa jenuh atau capai melanda.
Selain itu, respons yang baik dari anak didik juga akan terus mendorong kita
untuk selalu berusaha mengembangkan berbagai metode pembelajaran di setiap
pertemuan. Begitu juga bagi siswa, perjumpaan yang selalu dinantikan akan
membuat siswa mengikuti pelajaran kita setulus hati, merasa enjoy dan tidak
terbebani dengan rumus-rumus atau hafalan berbagai pelajaran. Dengan begitu
tidak ada lagi guru yang stres menghadapi peserta didik yang dianggap susah
diatur mengikuti pelajaran. Juga tak ada siswa yang merasa terpaksa di ruang
kelas dengan hanya kelihatan menghadirkan raganya namun jiwanya ke mana-mana. Jika
hal tersebut dapat terwujud tentu akan meningkatkan efektivitas pembelajaran.
Lalu bagaimana kiat menjadi guru yang
dirindukan tersebut? Dalam kegiatan pembelajaran di kelas tentu kita harus
semaksimal mungkin menyajikan pembelajaran yang memang sesuai dengan gaya
belajar siswa, berusaha selalu memaksimalkan potensi yang dia miliki, selain
itu biasakan juga menuliskan catatan motivasi di hasil PR atau latihannya,
memberi pujian atas sebuah kebaikan yang ada dalam dirinya, memberikan nasihat
secara santun, menghindari kalimat menghakimi ketika ada kesalahan atau sesuatu
yang kurang baik, memberikan perhatian di secara personal seperti bertanya
ketika siswa tidak masuk, bahkan mengunjungi rumahnya jika sudah lama tidak
masuk karena suatu hal.
Jika kita telah menjadi sosok yang
dirindukan anak didik, maka proses mengajar dan mendidik pun terasa lebih
harmonis lebih dari sebuah rutinitas menggugurkan kewajiban pertemuan di kelas
semata. Tidak hanya pelajaran yang disampaikan diterima dengan penuh antusias, tapi
hal-hal positif berkaitan pembentukan karakter pun akan diteladani oleh
mereka. Semoga kita semua bisa menjadi sosok guru yang dirindukan dan membawa
perubahan baik dari segi akademis maupun karakter anak-anak-anak didik kita.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar